Rabu, 25 April 2012

MAKALAH EKLAMPSIA

ASUHAN MANAJEMEN KEBIDANAN dengan EKLAMPSIA ( TINJAUAN TEORITIS )

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Eklampsia merupakan penyebab dengan peningkatan risiko morbiditas dan mortalitas maternal dan perinatal.kejadian eklampsia di Negara berkembang berkisar 1 dari 100 hingga 1 dari 700 kelahiran. Di Indonesia pre eklampsia dan eklampsia berkisar 1,5 % sampai 25 %. Komplikasi signifikan yang mengancam jiwa ibu akibat eklampsia adalah edema pulmonal, gagal hati dan ginjal, DIC, sindrom HELLP dan perdarahan otak.

Eklampsia disebut dengan antepartum, intrapartum, atau pascapartum. Bergantung pada apakah kejang muncul sebelum, selama atau sesudah persalinan. Eklampsia paling sering terjadi pada trimester terakhir dan menjadi semakin sering menjelang aterm.

Masalah utama dalam mencegah dan mengobati eklampsia adalah penyebab kondisi yang tidak diketahui. Terdapat hubungan yang kuat antara hipertensi dan penyakit serebral yang mengidentifikasi persamaan klinis antara eklampsia dan ensefalopati hipertensif ( Vaughan & Delanty 2000 ). Namun demikian hasil signifikan yang diperoleh menunjukkan bahwa hipertensi tidak selalu menjadi perkursor awitan eklampsia tetapi hampir selalu terjadi setelah kejang.
B.     Tujuan
a.       Mampu melakukan asuhan kebidanan pada pasien dengan eklampsia.
b.      Mampu melaksanakan pengkajian dan mengumpulkan data pasien dengan eklampsia.
c.       Mampu menginterpretasikan secara benar masalah atau diagnosa berdasarkan data-data pasien dengan eklampsia tersebut.
d.      Mampu mengidentifikasi diagnosa potensial yang mungkin terjadi pada pasien dengan eklampsia.
e.       Mampu mengidentifikasi perlunya tindakan segera secara mandiri, kolaborasi dan rujukan pada pasien dengan eklampsia.
f.       Mampu merancanakan asuhan rasional sesuai dengan kebutuhan pasien dengan eklampsia.



BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.   Pengertian
Eklampsia berasal dari kata bahasa Yunani yang berarti “ halilintar “ karena gejala eklampsia datang dengan mendadak dan menyebabkan suasana gawat dalam kebidanan. Eklampsia juga disebut sebuah komplikasi akut yang mengancam nyawa dari kehamilan , ditandai dengan munculnya kejang tonik - klonik , biasanya pada pasien yang telah menderita preeklampsia . (Preeklamsia dan eklampsia secara kolektif disebut gangguan hipertensi kehamilan dan toksemia kehamilan.) Prawiroharjo 2005.

Eklampsia adalah kelainan pada masa kehamilan, dalam persalinan atau masa nifas yang di tandai dengan kejang ( bukan timbul akibat kelainan saraf ) dan atau koma dimana sebelumnya sudah menimbulkan gejala pre eklampsia. (Ong Tjandra & John 2008 )

Eklampsia termasuk kejang dan koma yang terjadi selama kehamilan. Menjelang kejang – kejang dapat didahului dengan gejalanya :
·         Nyeri kepala di daerah frontal
·         Nyeri epigastrium
·         Penglihatan semakin kabur
·         Adanya mual muntah
·         Pemeriksaan menunjukkan hiperrefleksia atau mudah teransang.

Kemudian  dengan teori iskemia implantasi plasenta juga dapat terjadi berbagai gejalanya eklampsia yaitu :
1.      Kenaikan tekanan darah
2.      Pengeluaran protein dalam urine
3.      Edema kaki, tangan sampai muka
4.      Terjadinya gejala subjektif :
·         Sakit kepala
·         Penglihatan kabur
·         Nyeri pada epigastrium
·         Sesak nafas
·         Berkurangnya pengeluaran urine
5.      Menurunnya kesadaran wanita hamil sampai koma
6.      Terjadinya kejang

Pada pemeriksaan darah kehamilan normal terdapat peningkatan angiontensin, renin dan aldosteron sebagai kompensasi sehingga peredaran darah dan metabolisme dapat berlangsung. Pada eklampsia maka terjadi penurunan angiotensin, renin dan aldosteron tetapi dapat dijumpai edema, hipertensi dan proteinuria.
Berdasarkan waktu terjadinya eklampsia dapat di bagi :
1.      Eklampsia gravidarum
·         Kejadian 50% sampai 60 %
·         Serangan terjadi dalam keadaan hamil
2.      Eklampsia parturientum
·         Kejadian sekitar 30 % sampai 50 %
·         Saat sedang inpartu
·         Batas dengan eklampsia gravidarum sukar di tentukan terutama saat mulai inpartu
3.      Eklampsia puerperium
·         Kejadian jarang 10 %
·         Terjadi serangan kejang atau koma seletah persalinan berakhir

Kejang – kejang pada eklampsia terdiri dari 4 tingkat :
1.      Tingkat awal atau aura
·         Berlangsung 30 – 35 detik
·         Tangan dan kelopak mata gemetar
·         Mata terbuka dengan pandangan kosong
·         Kepala di putar ke kanan atau ke kiri

2.      Tingkat kejang tonik
·         Berlangsung sekitar 30 detik
·         Seluruh tubuh kaku : wajah kaku, pernafasan berhenti, dapat diikuti sianosis, tangan menggenggam, kaki di putar kedalam, lidah dapat tergigit.

3.      Tingkat kejang klonik
·         Berlangsung 1 sampai 2 menit
·         Kejang tonik berubah menjadi kejang klonik
·         Konsentrasi otot berlangsung cepat
·         Mulut terbuka tertutup dan lidah dapat tergigit sampai putus
·         Mata melotot
·         Mulut berbuih
·         Muka terjadi kongesti dan tampak sianosis
·         Penderita dapat jatuh, menimbulkan trauma tambahan

4.      Tingkat koma
·         Setelah kejang klonik berhenti penderita menarik nafas
·         Diikuti,yang lamanya bervariasi
Selama terjadi kejang – kejang dapat terjadi suhu naik mencapai 40 ˚c, nadi bertambah cepat, dan tekanan darah meningkat.
Kejang dapat menimbulkan komplikasi pada ibu dan janin.
1.      Komplikasi ibu :
·         Dapat menimbulkan sianosis
·         Aspirasi air ludah menambah gangguan fungsi paru
·         Tekanan darah meningkat menimbulkan perdarahan otak dan kegagalan jantung mendadak
·         Lidah dapat tergigit
·         Jatuh dari tempat tidur menyebabkan fraktura dan luka – luka
·         Gangguan fungsi ginjal
·         Perdarahan
·         Gangguan fungsi hati dan menimbulkan ikhterus

2.      Komplikasi janin dalam rahim :
·         Asfiksia mendadak
·         Solusio plasenta
·         Persalinan prematuritas
Berbagai faktor yang mempengaruhi eklampsia :
·         Jumlah primigravida terutama primigravida muda
·         Distensi rahim berlebihan yaitu hidramnoin, hamil ganda dan mola hidatosa
·         Adanya penyakit yang menyertai kehamilan yaitu diabetes mellitus, kegemukan
·         Jumlah umur ibu di atas 35 tahun

B.    Etiologi eklampsia
Dengan penyebab kematian ibu adalah perdarahan otak, payah jantung atau payah ginjal, dan aspirasi cairan lambung atau edema paru – paru. Sedangkan penyebab kematian bayi adalah asfiksia intrauterine dan persalinan prematuritas.
Mekanisme kematian janin dalam rahim pada penderita eklampsia :
a.       Akibat kekurangan O2 menyebabkan perubahan metabolisme ke arah lemak dan protein dapat menimbulkan badan keton
b.      Meransang dan mengubah keseimbangan nervus simfatis dan nervus vagus yang menyebabkan :
·     Perubahan denyut jantung janin menjadi takikardi dan dilanjutkan menjadi bradikardi serta irama yang tidak teratur
·     Peristaltis usus bertambah dan sfingter ani terbuka sehingga di keluarkannya mekonium yang akan masuk ke dalam paru – paru pada saat pertama kalinya neonatus aspirasi.
c.       Sehingga bila kekurangan O2 dapat terus berlangsung keadaan akan bertambah gawat sampai terjadinya kematian dalam rahim maupun di luar rahim .

Oleh sebab itu perlu memperhatikan  komplikasi dan tingginya angka kematian ibu dan bayi. Maka usaha utama adalah mencegah pre eklampsia menjadi eklampsia perlu diketahui bidan dan selanjutnya melakukan rujukan ke rumah sakit.

C.   Patofisiologi eklampsia
Kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan penimbunan cairan yang berlebihan dalam ruang interstitial. Bahwa pada eklampsia dijumpai kadar aldosteron yang rendah dan konsentrasi prolaktin yang tinggi dari pada kehamilan normal. Aldosteron penting untuk mempertahankan volume plasma dan mengatur retensi air dan natrium. Serta pada eklampsia permeabilitas pembuluh darah terhadap protein meningkat.

Pada plasenta dan uterus terjadi penurunan aliran darah ke plasenta mengakibatkan gangguan fungsi plasenta. Pada hipertensi  pertumbuhan janin terganggu sehingga terjadi gawat-janin sampai menyebabkan kematian karena kekurangan oksigenisasi. Kenaikan tonus uterus dan kepekaan terhadap perangsangan sering terjadi pada eklampsia, sehingga mudah terjadi partus prematurus.

Perubahan pada ginjal disebabkan oleh aliran darah ke dalam ginjal menurun, sehingga menyebabkan filtrasi glomerulus berkurang. Kelainan pada ginjal yang penting ialah dalam hubungan dengan proteinuria dan mungkin dengan retensi garam dan air. Mekanisme retensi garam dan air akibat perubahan dalam perbandingan antara tingkat filtrasi glomelurus dan tingkat penyerapan kembali oleh tubulus. Pada kehamilan normal penyerapan ini meningkat sesuai dengan kenaikan filtrasi glomerulus. Penurunan filtrasi glomelurus akibat spasmus arteriolus ginjal menyebabkan filtrasi natrium melalui glomerulus menurun, yang menyebabkan retensi garam dan retensi air. Filtrasi glomerulus dapat turun sampai 50% dari normal, sehingga menyebabkan diuresis turun pada keadaan lanjut dapat terjadi oliguria atau anuria.

Pada retina tampak edema retina, spasmus setempat atau menyeluruh pada  beberapa arteri jarang terlihat perdarahan atau eksudat. Pelepasan retina disebabkan oleh edema intraokuler dan merupakan indikasi untuk pengakhiran kehamilan . Setelah persalinan berakhir, retina melekat lagi dalam 2 hari sampai 2 bulan. Skotoma, diplopia, dan ambiliopia merupakan gejala yang menunjukkan akan terjadinya eklampsia. Keadaan ini disebabkan oleh perubahan aliran darah dalam pusat penglihatan di korteks serebri atau dalam retina.

Edema paru-paru merupakan sebab utama kematian penderita eklampsia. Komplikasi disebabkan oleh dekompensasio kordis kiri. Perubahan pada otak bahwa resistensi pembuluh darah dalam otak pada hipertensi dalam kehamilan lebih tinggi  pada eklampsia. Sehingga aliran darah ke otak dan pemakaian oksigen pada eklampsia akan menurun.

Metabaolisme dan elektrolit yaitu hemokonsentrasi yang menyertai eklampsia sebabnya terjadi pergeseran cairan dan ruang intravaskuler ke ruang interstisial. Kejadian ini, diikuti oleh kenaikan hematokrit, peningkatan protein serum, dan bertambahnya edema, menyebabkan volume darah berkurang, viskositet darah meningkat, waktu peredaran darah tepi lebih lama. Karena itu, aliran darah ke jaringan diberbagai bagian tubuh berkurang  akibatnya hipoksia. Dengan perbaikan keadaan, hemokonsentrasi berkurang, sehingga turunnya hematokrit dapat dipakai sebagai ukuran perbaikan keadaan penyakit dan berhasilnya pengobatan.

Pada eklampsia, kejang dapat menyebabkan kadar gula darah naik untuk sementara. Asidum laktikum dan asam organik lain naik, dan bikarbonas natrikus, sehingga menyebabkan cadangan alkali turun. Setelah kejang, zat organik dioksidasi sehingga natrium dilepaskan untuk dapat bereaksi dengan asam karbonik menjadi bikarbaonas natrikus. Dengan demikian, cadangan alkali dapat pulih kembali. Pada kehamilan cukup bulan kadar fibrinogen meningkat. Waktu pembekuan lebih pendek dan kadang-kadang ditemukan kurang dari 1 menit pada eklampsia.

D.   Diagnosis eklampsia
Eklampsia selalu didahului oleh pre eklampsia. Perawatan prenatal untuk kehamilan dengan predisposisi pre eklampsia perlu ketat dilakukan agar dapat dideteksi sedini mungkin gejala – gejala eklampsia. Sering di jumpai perempuan hamil yang tampak sehat mendadak menjadi kejang – kejang eklampsia karena tidak terdeteksi adanya pre eklampsia sebelumnya.
 Eklampsia harus dibedakan dari epilepsy ; dalam anamnesis diketahui adanya serangan sebelum hamil atau pada hamil muda dengan tanda pre eklampsia tidak ada, kejang akibat obat anastesi, koma karena sebab lain.
E.   Komplikasi eklampsia
Komplikasi yang terberat adalah kematian ibu dan janin, usaha utama ialah melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita pre eklampsia dan eklampsia. Komplikasi yang tersebut di bawah ini biasanya terjadi pada pre eklampsia berat dan eklampsia :
1.      Solusio plasenta
Karena adanya takanan darah tinggi, maka pembuluh darah dapat mudah pecah, sehingga terjadi hematom retropalsenta yang dapat menyebabkan sebagian plasenta dapat terlepas.

2.      Hipofibrinogenemia
Adanya kekurangan fibrinogen yang beredar dalam darah , biasanya di bawah 100 mg persen. Sehingga pemeriksaan kadar fibrinogen harus secara berkala.

3.      Hemolisis
Kerusakan atau penghancuran sel darah merah karena gangguan integritas membran sel darah merah yang menyebabkan pelepasan hemoglobin. Menunjukkan gejala klinik hemolisis yang dikenal karena ikterus.

4.      Perdarahan otak
Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal pada penderita eklampsia.

5.      Kelainan mata
Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung sampai seminggu. Perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina yang merupakan tanda gawat akan terjadinya apopleksia serebri.

6.      Edema paru – paru

7.      Nekrosis hati

 Nekrosis periportal hati pada eklampsia merupakan akibat vasopasmus arteriol umum. Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan pemeriksaan faal hati, terutama penentuan enzim-enzimnya.

8.      Sindroma HELLP
Merupakan suatu kerusakan multisistem dengan tanda-tanda : hemolisis, peningkatan enzim hati, dan trombositopenia yang diakibatkan disfungsi endotel sistemik. Sindroma HELLP dapat timbul pada pertengahan kehamilan trimester dua sampai beberapa hari setelah melahirkan.
9.      Kelainan ginjal
Kelainan ini berupa endoteliosis glomerulus yaitu pembengkakan sitoplasma sel endotelial tubulus ginjal tanpa kelainan struktur lainnya. Kelainan lain yang dapat timbul ialah anuria sampai gagal ginjal.

10.  Kopmlikasi lain yaitu lidah tergigit, trauma dan fraktur karena jatuh akibat kejang -  kejang pneumonia aspirasi, dan DIC.

11.  Prematuritas, dismaturitas, dan kematian janin intra uterin.

F.    Prognosa eklampsia
Eklampsia di Indonesia masih merupakan penyakit pada kehamilan yang meminta korban besar dari ibu dan bayi ( Hanifa dalam Prawiroharjo, 2005 ).
Diurese dapat dipegang untuk prognosa ; jika diurese lebih dari 800 cc dalam 24 jam atau 200 cc tiap 6 jam makan prognosa agak baik. Sebaliknya oliguri dan anuri merupakan gejala yang buruk.
Gejala – gejala lain memperberat prognosa dikemukakan oleh Eden ialah ; koma yang lama, nadi di atas 120 x / menit, suhu di atas 39 ˚c, tekanan darah di atas 200 mmHg, proteinuria 10 gram sehari atau lebih, tidak adanya edema, edema paru – paru dan apoplexy merupakan keadaan yang biasanya mendahului kematian.
G.  Pencegahan eklampsia
Pada umumnya timbulnya eklampsia dapat dicegah atau frekuensinyadi kurangi. Usaha – usaha untuk menurunkan eklampsia terdiri atas meningkatkan jumlah balai pemeriksaan antenatal dan mengusahakan agar semua wanita haiml memeriksa diri sejak hamil muda, mencari pada tiap pemeriksaan tanda – tanda pre eklampsia dan mengobatinya segera apabila ditemukan, mengakhiri kehamilan sedapatnya pada kehamilan 37 minggu ke atas apabila dirawat tanda – tanda pre eklampsia tidak juga dapat hilang. ( Hanifa dalam Prawiroharjo, 2005 )
H.  Penanganan eklampsia
Tujuan utama penanganan eklampsia adalah menghentikan berulangnya serangan kejang dan mengakhiri kehamilan secepatnya dengan cara yang aman setelah keadaan ibu mengizinkan. Penanganan yang dilakukan :
·         Beri obat anti konvulsan
·         Perlengkapan untuk penanganan kejang
·         Lindungi pasien dari kemungkinan trauma
·         aspirasi mulut dan tenggorokan
·         baringkan pasien pada sisi kiri
·         posisikan secar trandelenburg untuk mengurangi resiko aspirasi
·         berikan oksigen 4 – 6 liter / menit.

I.      Pengobatan eklampsia
Eklampsia merupakan gawat darurat kebidanan yang memerlukan pengobatan di rumah sakit untuk memberikan pertolongan yang adekuat.
Konsep pengobatannya :
a.       Menghindari terjadinya :
·         Kejang berulang
·         Mengurangi koma
·         Meningkatkan jumlah dieresis
b.      Perjalanan kerumah sakit dapat diberikan :
·         Obat penenang dengan injeksikan 20 mgr valium
·         Pasang infuse glukosa 5 % dan dapat di tambah dengan valium 10 sampai 20 mgr
c.       Sertai petugas untuk memberikan pertolongan:
·         Hindari gigitan lidah dengan memasang spatel pada lidah
·         Lakukan resusitasi untuk melapangkan nafas dan berikan O2
·         Hindari terjadinya trauma tambahan

Perawatan kolaborasi yang dilaksanakan dirumah sakit sebagai berikut :
1.      Kamar isolasi
-   Hindari rangsangan dari luar sinar dan keributan
-  Kurangi penerimaan kunjungan untuk pasien
-  Perawat pasien dengan jumlahnya terbatas

2.      Pengobatan medis
Banyak pengobatan untuk menghindari kejang yang berkelanjutan dan meningkatkan vitalitas janin dalam kandungan. Dengan pemberian :
-  Sistem stroganof
-  Sodium pentothal dapat menghilangkan kejang
-  Magnesium sulfat dengan efek menurunkan tekanan darah , mengurangi sensitivitas saraf pada sinapsis, meningkatkan deuresis dan mematahkan sirkulasi iskemia plasenta sehingga menurunkan gejala klinis eklampsia.
-  Diazepam atau valium
 -     Litik koktil

3.      Pemilihan metode persalinan
Pilihan pervaginam diutamakan :
Dapat didahului dengan induksi persalinan
-     Bahaya persalinan ringan
-    Bila memenuhi syarat dapat dilakukan dengan memecahkan ketuban, mempercepat pembukaan, dan tindakan curam untuk mempercepat kala pengeluaran.
-    Persalinan plasenta dapat dipercepat dengan manual
-    Menghindari perdarahan dengan diberikan uterotonika

Pertimbangan seksio sesarea :
Gagal  induksi persalinan pervaginam
-   Gagal pengobatan konservatif



BAB III
KONSEP MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN
            Proses manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah agar pelayanan yang komprehensif dapat tercapai. Proses manajemen terdiri dari tujuh langkah disempurnakan secara periodik. Proses dimulai dari pengumpulan data dasar yang berakhir dengan evaluasi. Kutujuh langkah tersebut membentuk kerangka lengkap yang dapat diaplikasikan dalam semua situasi. Akan tetapi, setiap langkah-langkah dapat dipecah menjadi langkah-langkah tertentu dan bisa berubah sesuai dengan bagaimana keadaan pasien.
A.    Langkah I (Pengkajian)

1.         DATA SUBJEKTIF
a.             Biodata atau identitas pasien
a)            Istri
·               Nama
Untuk mengetahui agar tidak keliru bila ada kesamaan nama dengan klien dan sebagai pengenal.
·               Umur
Untuk mengetahui pengaruh umur terhadap permasalahan kesehatan pasien/klien.
·               Alamat
         Untuk  mempermudah hubungan bila diperlukan saat keadaan mendesak. Dengan diketahuinya alamat tersebut, bidan dapat mengetahui tempat tinggal pasien/klien dan lingkungannya. Dengan tujuan untuk memudahkan menghubungi keluarganya, menjaga kemungkinan bila ada nama ibu yang sama, untuk dijadikan petunjuk saat kunjungan rumah.
·               Pekerjaan
Untuk mengetahui kemungkinan pengaruh pekerjaan terhadap permasalahan kesehatan pasien/klien. Dengan mengetahui pekerjaan pasien/klien, bidan dapat mengetahui bagaimana taraf hidup dan sosial ekonominya agar nasehat bidan sesuai dan tidak mempengaruhi pada pekerjaanya.
·               Agama
Untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap  kesehatan pasien yang dipengaruhi oleh kebiasaan dan kebudayaan. Dengan diketahuinya agama pasien/klien, akan memudahkan bidan melakukan pendekatan di dalam melaksanakan asuhan kebidanan.
·               Pendidikan
Untuk mengetahui tingkat intelektualnya. Tingkat pendidikan mempengaruhi sikap perilaku kesehatan seseorang.
·               Status Perkawinan
Untuk mengetahui kemungkinan pengaruh status perkawinan terhadap masalah kesehatan. Bila diperlukan ditanyakan tentang perkawinan keberapa kalinya.
·               Suku/Ras
Untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap kebiasaan kesehatan pasien/klien. Dengan diketahuinya suku/ras pasien/klien, akan memudahkan bidan melakukan pendekatan di dalam melaksanakan asuhan kebidanan.

Karakteristik yaitu pada pengaruh umur ibu terhadap permasalahan kesehatan pasien/klien. Dalam kurun waktu reproduksi sehat, bahwa usia produksi baik untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-35 tahun. Karena merupakan faktor predisposisi terjadinya eklamsia.

b)             Suami
·               Nama
·               Umur
·               Alamat
·               Pekerjaan
·               Agama
·               Pendidikan
·               Suku/Ras

b.      Keluhan utama
Merupakan alasan utama pasien untuk datang ke tempat pelayanan kesehatan dan apa saja yang dirasakan pasien. Yang  umumnya pasien datang dengan keluhan nyeri kepala di daerah frontal, gangguan penglihatan, mual, nyeri di epigastrium dan hiperrefleksia.

c.       Riwayat perkawinan
Untuk mengetahui status perkawinan, umur saat kawin, berapa lama kawin baru hamil dan mengetahui keadaan psikologis pasien.

d.      Riwayat menstruasi
Untuk mengetahui kapan terjadinya menarche, siklus haid, banyaknya haid, lamanya haid, apakah ada nyeri pada saat haid.

e.       Riwayat obstetric yang lalu
Riwayat kehamilan , persalinan, dan nifas yang lalu apakah ibu juga mengalami tanda – tanda eklampsia.

f.       Riwayat kehamilan sekarang
Untuk mengetahui tuanya kehamilan dan tafsiran persalinan ibu dan keluhan yang dirasakan ibu selama kehamilannya.

g.      Riwayat kesehatan sekarang dan lalu
Untuk mengetahui faktor-faktor penyakit yang telah diderita ibu yang berkaitan dengan arah Predisposisi eklamsia yaitu hipertensi.
 
h.      Riwayat kesehatan keluarga
Mengetahui  mengenai penyakit keturunan seperti  hipertensi dan   DM, jantung, asma, dll. Dan yang paling mencakup pada eklampsia  dengan hipertensi.

i.        Riwayat psikososial
Untuk mengetahui keadaan psikososial pasien atau klien perlu ditanyakan antara lain : Jumlah anggota keluarga, dukungan materil dan moril yang didapat dari keluarga, kebiasaan-kebiasaan yang menguntungkan kesehatan,kebiasaan yang merugikan kesehatan.


2.      DATA OBJEKTIF
Dikumpulkan melalui pemeriksaan umum dan pemeriksaan khusus.
a.       Pemeriksaan umum :
1. Tekanan darah
Dimana kenaikan tekanan darah pada ibu penderita eklampsia meningkat lebih dari 140 / 90 mmHg.

2. Berat badan
Pada pemeriksaan awal maupun ulang untuk mengevaluasi kenaikan BB yaitu bila kenaikan berat badan ½ kg per minggu dinyatakan normal, sedang berat badan dalam 1 minggu naik 1 kg sampai beberapa kali, ini perlu diwaspadai.

b.      Pemeriksaan khusus
Inspeksi
pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat/memandang dari kepala sampai ujung kaki.

Yang dinilai bentuk tubuh yang normal, kebersihan kulit, rambut, muka, conjunctiva, sklera, hidung dan telinga, mulut, leher , payudara, keadaan putting susu menonjol atau tidak, colostrums ada atau tidak, perut membesar sesuai dengan tua kehamilan, apakah ada bekas luka operasi, vulva apakah bersih, ada varises atau tidak, oedema dan pengeluaran dari vagina. Anus apakah ada haemorhoid, extremitas atas dan bawah apakah ada kelainan.

Muka, ekstremitas atas dan bawah :
Akan terjadi edema karena penimbunan cairan umum dan berlebihan dalam jaringan tubuh yang dijumpai pada muka, kaki maupun jari tangan yang tidak hilang setelah istirahat.


Palpasi
pemeriksaan yangdilihat dengan cara meraba.
Dengan cara menggunakan cara Leopold, kemungkinan yang ditemukan ialah :
Leopold I             : untuk mengetahui TFU,  usia kehamilan dan mengetahui bagian janin yang berada di fundus.
Leopold II           : untuk mengetahui punggung dan ekstremitas janin.
Leopold III          : menentukan apa yang terdapat di bagian bawah perut ibu apakah sudah masuk PAP / belum.
Leopold IV          : menentukan bagian bawah janin dan berapa bagian terbawah janin yang masuk ke dalam rongga panggul

Auskultasi
Untuk dapat mendengar bunyi jantung janin, frekuensinya, teratur atau tidak dan di periksa pada posisi puctum maksimum. Serta mengetahui adanya keadaan janin didalam kandungan dalam mendeteksi gawat janin / tidak.

Perkusi
Untuk mengetahui refleks patella kiri dan kanan positif / negative.

·         Pemeriksaan panggul
Untuk mengetahui normal atau tidaknya ukuran panggul  dengan pengukuran jangka panggul.

3.      DATA PENUNJANG
·         Laboratorium
Darah     : Hb, Haematokrit, dan golongan darah.
Urine      : Kemungkinan ditemukan protein dalam urine 10 gram sehari atau lebih.
USG       : Untuk mengetahui keadaan janin baik tunggal atau tidak dan baik intrauterine atau tidak.
  
A.    Langkah II ( interpretasi data )
Diagnosa kebidanan
Ibu hamil ,G….P….A…H…., usia kehamilan, janin hidup / tidak, tunggal / kembar, intrauterine / ekstrauterin, letkep / letsu,keadaan jalan lahir, KU ibu dan janin baik atau tidak.

Dasar : 
Melalui anamnesa tanda pasti hamil : pergerakan janin pertama kali dirasakan ibu, terdengar DJJ saat pemeriksaan auskultasi oleh bidan, foto rontgen tampak jelas organ janin. Usia kehamilan melalui HPHT dan TFU, janin tunggal dengan teraba satu bagian keras dan dua bagian tonjolan kecil, intrauterin dengan saat pemeriksaan palpasi terasa kontraksi dan ibu tidak merasakan nyeri, bagian terbawah janin dengan letak kepala, pu – ka / pu – ki, sesuai dengan keadaan jalan lahir normal, KU ibu dan janin baik / tidak .

Masalah yang kemungkinan terjadi :
Melalui anamnesa ibu mengeluhkan nyeri kepala di daerah frontal, gangguan penglihatan, mual, nyeri epigastrium, dan hiperrefleksia yang  dengan adanya tanda eklampsia. apabila tidak di atasi maka dapat menimbulkan kejang sampai koma pada ibu.

B.     Langkah III ( mengidentifikasi masalah atau masalah potensial )
Masalah potensial ditentukan berdasarkan masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasikan. Kemungkinan yang timbul : solusio plasenta, hipofibrinogenemia, hemolisis, perdarahan otak, kelainan mata, edema paru – paru, nekrosis hati, sindroma HELLP, kelainan ginjal, gangguan pernafasan, kejang sampai koma, prematuritas, dismaturitas,  kematian janin intrauterine dan kematian ibu.

C.     Langkah IV ( Tindakan segera )
  • Bebaskan jalan nafas, dengan memasang spatel pada mulut ibu agar lidah tidak tergigit dan jalan nafas bisa terbuka. 
  •  Baringkan pasien pada sisi kiri dengan posisi trendelenbrug untuk mengurangi resiko aspirasi
  • Beri O2 4 sampai 6 liter / menit
  • Pasang infus glukosa 5 % di tambah dengan valium 10 – 20 mgr
  • Kontrol KU pasien
  • Hindari terjadinya trauma tambahan sebab pasien dapat terjatuh dari tempat tidurnya saat terjadinya kejang.
  •  Kolaborasi dengan dokter Sp,OG dan segera rujuk untuk penanganan selanjutnya


 D.    Langkah V ( Perencanaan atau intervensi )
  •   Memberitahukan kepada keluarga hasil pemeriksaan ibu
  • Menganjurkan keluarga untuk mengatur posisi ibu dengan kaki sedikit lebih tinggi dari pada kepala
  • Memantau perkembangan KU secara adekuat
  • Memberikan keluarga motivasi berupa dukungan dan semangat emosional
  • Membuat informed consent
  • Menyiapkan BAKSOKUDA
  • Melakukan kolaborasi dengan dokter Sp, Og untuk pemberian therapy dan penanganan selanjutnya
  • Lakukan rujukan segera


DAFTAR PUSTAKA
Buku ajar bidan Myles, Diane M. Fraser, Margaret A Cooper. Jakarta EGC 2009
Manuaba, Ida Bagus Gede , Ilmu kebidanan , Penyakit kandungan dan Kb untuk pendidikan bidan , Jakarta EGC 1998
Obstetri William : panduan ringkas / Kenneth J. Lereno, Egi Komara Yudha, Nike Budhi Subekti, Jakarta EGC 2009.
Rukiyah, Lia yulianti. 2010. ASUHAN KEBIDANAN 4 PATOLOGI, Jakarta Tim.